Heartstopper adalah sebuah serial baru di Netflix yang diangkat dari komik karya Alice Oseman. Saya pertama kali mendengar tentang komiknya dari Connor Jessup yang memang sering membagikan apa saja yang dibacanya melalui Instagram. Kali ini saya bukan hendak membahas tentang komiknya, melainkan serialnya yang baru selesai saya tonton seminggu yang lalu.
Heartstopper berkisah tentang Charles (Charlie) Spring dan Nicholas (Nick) Nelson yang di tahun ajaran baru duduk semeja. Charlie adalah seorang anak pemalu yang secara terbuka telah mengaku sebagai gay dan menjadi bahan olok-olok banyak teman di sekolahnya. Dia berteman baik dengan Tao Xu, Elle Argent, dan Isaac Henderson, yang kurang-lebih menjadi geng anak-anak kurang populer. Sedangkan Nick adalah seorang kapten klub rugby yang terkenal di seantero sekolahnya. Diapun berteman dengan geng anak-anak populer.
Pada sebuah kesempatan, Nick melihat Charlie berlari begitu kencang. Ia melihat potensi Charlie untuk bergabung dalam tim rugby sekolah. Iapun mengajak Charlie bergabung dan di situlah semua kisah dalam serial ini bermula.
Heartstopper mewakili masa remaja
Serial ini menjadi perbincangan dan “trending” karena begitu nyata menggambarkan perjalanan masa remaja seorang LGBTQ+. Charlie yang sudah terbuka mewakili mereka yang di masa sekolah mendapat olok-olok di mana masa sekolah adalah masa konformitas. Pada masa ini seorang dianggap harus mengikuti norma mayoritas. Bila menyimpang dari itu maka olok-olok dan perundunganlah yang sering kali harus dihadapi.
Nick mewakili mereka yang bertanya-tanya tentang seksualitasnya. Di masa-masa sekolah, hal ini sangat membingungkan, apalagi dia adalah seorang kapten klub rugby. Tentu bukan hal mudah untuk mencari jati diri seksualitasnya di tengah-tengah grup dengan konformitas tinggi sebagai sebuah tim rugby.
Charlie dan Nick lalu mewakili rasa-rasa suka pada seseorang dan bertanya-tanya apakah orang itu juga suka pada kita? Dan dalam dunia LGBTQ+, pertanyannyapun bertambah, apakah orang itu juga LGBTQ+? Percakapan mereka, saling flirting dan lihat-lihat media sosial, sangat manis untuk dilihat.
Di sisi lain, ada Tao dan Elle yang setelah bersahabat sekian lama, tumbuh besar bersama, juga bertanya-tanya ketika ada rasa yang berbeda di antara mereka. Rasa suka? Rasa cinta?
Tergambar dengan baik juga dalam serial ini, bagaimana dalam sebuah pertemanan, ketika ada salah satu anggotanya yang jatuh cinta pada orang di luar kelompoknya, maka perpecahanpun mulai terjadi. Anggota kelompok ada yang merasa terkhianati. Kebiasaan kelompok jadi tidak bisa dipenuhi. Hal-hal khas pertemanan masa sekolah kan?
Ya, serial ini rasanya membawa kembali nostalgia masa sekolah yang pahit dan manis setiap harinya.
Penasaran dengan serial ini? Silakan tonton musim pertamanya di Netflix mulai 22 April 2022.