Sumber: Kompasiana.com

Bergabung 9 tahun lalu, tepatnya 8 Oktober 2010 (dua tahun setelah lahirnya platform blog bertajuk #BeyondBlogging ini), saya memang tidak terlalu banyak menulis di sana. Tapi sejak sekitar satu tahun lalu ketika tulisan saya mulai dilirik editor dan diberi label “Pilihan Editor” sayapun jadi lebih semangat untuk menulis di Kompasiana.

Puncaknya adalah ketika tujuh bulan lalu sebuah tulisan, yang saya buat karena kesal pada raungan sirene dan hentakan lampu strobo yang menyakitkan mata dan terasa digunakan dengan makin serampangan di macetnya kota Jakarta, masuk sebagai “Artikel Utama”. Senangnya bukan main! Rasanya itu adalah momen “yang bikin aku makin sayang sama Kompasiana”.

Tulis-menulis adalah kegemaran saya sejak kecil. Dimulai dengan menulis kegiatan sehari-hari di diary alias buku harian sampai akhirnya saya berkenalan dengan dunia blogging saat duduk di bangku SMU. Saat itu nge-blog adalah upaya saya untuk menyalurkan isi hati, penilaian, bahkan protes atas apa yang saya rasakan. Biasalah anak SMU, sedang mencari identitas dan tak jarang galau sana-sini.

Saat mulai mengenal keberadaan domain dan bagaimana mengolah tampilan sebuah blog agar menarik dan sesuai dengan keinginan, sayapun memberanikan diri untuk membeli domain sendiri lalu mengelolanya. Sampai saat ini saya masih bertahan sebagai pemilik blog dengan domain pribadi.

Tapi menulis di Kompasiana memang berbeda dengan menulis di blog sendiri apalagi sekadar menulis status atau cuitan di media sosial. Menulis di Kompasiana menurut saya membuka lebih banyak kesempatan untuk melatih diri dalam hal penulisan. Begitu banyak penulis di Kompasiana yang bisa dijadikan rujukan untuk menulis dengan lebih baik.

Kalau di blog pribadi, karena dibuat dan editornya adalah diri sendiri, maka bisa saja saya menulis apapun dan merasa semua sudah benar dan layak. Namun di Kompasiana tidak demikian. Editor yang selalu cekatan memilih dan memilah tulisan justru menjadi tantangan tersendiri sehingga, menyajikan tulisan yang baik agar dianggap layak dipilih oleh editor bahkan masuk ke “Artikel Utama” adalah tantangan yang menarik untuk dijawab dan karenanya membuat saya makin bersemangat untuk berlatih menulis dengan baik dan menarik.

Hal lain yang tak mungkin muncul di blog pribadi adalah kompetisi menulis yang selalu ada di Kompasiana. Kompetisi bagi saya bukan hanya yang menjanjikan hadiah tapi juga kompetisi untuk muncul sebagai tulisan terpopuler, tulisan dengan nilai tertinggi, tulisan yang banyak dikomentari dan dilihat orang, atau bahkan kompetisi untuk layak mendapat tanda centang biru yang begitu prestisius di Kompasiana. Ini lagi-lagi adalah tantangan yang membuat saya makin gemar berlatih menulis.

Selamat ulang tahun Kompasiana! Semoga di #11TahunKompasiana selalu dapat menginspirasi penggemar dunia tulis-menulis sehingga dapat menghasilkan tulisan yang makin baik, informatif, dan bermutu, di tengah dunia informasi yang makin simpang siur dengan hoaks dan kebencian.

You might also enjoy:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mastodon