Lumayan lama nggak nonton film Jepang, tiba-tiba pagi ini ada film menarik yang diputar di kanal gratisan penutup tahun. Pink and Gray alias ピンクとグレー, Pinku to gurē memang bukan film baru. Rilis tahun 2016 film ini menawarkan jalan cerita yang kompleks dan agak tidak biasa untuk film Jepang.
Berkisah tentang 3 orang sahabat yang berkawan sejak kecil, Shingo Suzuki (Yuto Nakajima), Daiki Kawada (Masaki Suda), dan Sari Ishikawa (Kaho), dalam perjalanan mereka sejak sekolah hingga akhirnya meniti karir di kota besar.
Ketika Suzuki dan Kawada hendak berjalan-jalan, mereka secara tidak sengaja bertemu dengan seorang penulis majalah fesyen yang kemudian memperkenalkan mereka kepada agensi model. Agensi model ini kemudian mengorbitkan mereka berdua. Namun layaknya jalan hidup, hanya satu di antara mereka yang makin melejit karirnya dengan membintangi makin banyak iklan dan film.
Saat itulah persabahatan mereka mulai diuji. Kawada akhirnya memutuskan untuk tidak lagi tinggal dengan Suzuki dan merekapun seperti bermusuhan sampai akhirnya mereka dipertemukan lagi dalam sebuah reuni sekolah.
Pada kesempatan bertemu dengan Kawada, Suzuki berjanji untuk bertukar tempat dengannya. Semua kesuksesan yang telah diraihnya akan diberikan kepada Kawada dengan satu syarat, bahwa Kawada harus menjaga Sari dengan baik.
Sampai di situ semua terasa biasa saja. Tapi kemudian film ini memberikan kejutan yang tidak saya kira sebelumnya. Ketika Kawada menemukan Suzuki gantung diri di apartemennya, segalanya mendadak berbalik. Di situlah kemudian saya mengerti mengapa film ini diberi judul “Pink and Gray”.
Film ini layaknya film Jepang lain, terasa berjalan dengan lambat. Tapi yang luar biasa dari film ini adalah plotnya yang mengagetkan. Film ini juga menggambarkan bahwa kesuksesan dan ketenaran mengandung pengorbanan baik bagi keluarga maupun pertemanan.