Di pembuka tahun 2022 ini saya dan debin melakukan perjalanan yang cukup jauh dan tidak terbayangkan semasa saya kecil karena kondisi jalanannya yang mengerikan. Ya, walau sudah nyetir mobil bertahun-tahun, jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) tetap saja membuat saya bergidik kalau harus melaluinya. Tapi untung sekarang sudah ada tol trans Jawa yang membentang dari pelabuhan Merak di Banten sampai ke pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur. Tol Trans Jawa ini memang bukan sepenuhnya tol baru, tapi sebagian besar tol di area Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah baru. Makanya, menarik untuk mencobai sendiri jalan tol yang panjangnya kalau ditotal-total bisa mencapai +/- 1000 kilometer. Hebatnya, tol Trans Jawa adalah bagian dari Jaringan Jalan Asia (Asian Highway 2) yang menghubungkan benua Asia dari Denpasar, Bali, Indonesia, sampai ke Khosravi, Iran. Nantinya konon, jaringan jalan ini akan tersambung hingga ke benua Eropa.

Tol trans Jawa
Sumber: id.wikipedia.org

Perjalanan kami mulai dari rumah di sekitar area Bintaro, Tangerang Selatan sekitar pukul 8 pagi dan masuk tol mulai dari pintu tol Pondok Pinang. Sayangnya begitu masuk tol, kami langsung disambut oleh kemacetan yang tidak biasa. Rupanya, selidik punya selidik, ada kecelakaan di sekitar ujung tol ini menjelang kami masuk ke tol lingkar luar timur yang akan membawa kami menuju tol Jakarta-Cikampek. Jadilah kami bermacet-macet selama dua jam di tol itu.

Selanjutnya kami masuk ke tol Jakarta-Cikampek yang berhasil dipercepat oleh keberadaan tol layang MBZ (Mohamed bin Zayed). Melintasi tol layang MBZ juga menimbulkan gelitik tersendiri dalam hati saya karena inilah kali pertama saya melintasi jalan tol layang itu. Di atasnya saya banyak bercerita pada debin tentang betapa menyiksanya jalanan di bawah sana, sebelum ada tol layang MBZ, di mana mobil-mobil kecil harus berdesakan dengan truk dan bus besar yang kadang berjalan sangat lamban atau sebaliknya bekejaran cepat-cepatan.

Tol layang MBZ berakhir, sisa tol Jakarta-Cikampek pun kembali kami jalani sampai ke perbatasan tol baru trans Jawa. Sayangnya, bukan hal menyenangkan yang kami dapati di sini melainkan kekecewaan karena jalan tol yang baru berusia tiga tahun ini rupanya sudah tidak rata dan banyak bolongnya apalagi kalau yang diambil adalah jalur kiri.

Secara umum tol trans Jawa ini memiliki dua jalur. Jalur kiri dan jalur untuk mendahului di sebelah kanan. Sayangnya karena jalur kiri penuh lubang, maka banyak orang memilih jalur kanan dan akhirnya jadi kebut-kebutan. Padahal yang saya bayangkan adalah bisa menikmati jalan tol ini dengan kecepatan sedang sambil santai menikmati perjalanan.

Di sepanjang jalan cukup banyak tempat pemberhentian besar yang menyediakan pompa bensin dan pasar mini (mini market). Jadi rasanya lebih aman dibandingkan cerita awal jalan tol ini di mana banyak orang kehabisan bensin hingga Pertamina harus menyediakan botol-botol bensin. Selain tempat istirahat besar, ada juga tempat-tempat istirahat kecil, tanpa pompa bensin, tapi menyediakan makanan dan minuman ringan sehingga bisa dinikmati saat keadaan darurat.

Pemberhentian pertama kami adalah kota Pemalang. Di sini saya punya banyak kenangan karena di masa kecil dulu lebaran tidak pernah saya lewatkan tanpa mengunjungi makam eyang dari ayah saya di kota kecil ini. Sayangnya karena waktu sudah menjelang sore, kami terpaksa batal nyekar makam eyang yang terletak sekitar satu jam dari gerbang tol Pemalang. Kami hanya menikmati kuliner khas Pemalang, yang dulu selalu dipuja-puji Bapak, “Nasi Grombyang“.

Disajikan dalam mangkuk kecil, sajian nasi berkuah yang aslinya memakai daging kerbau ini berhasil membawa saya pada kenangan di mana dulu kami sekeluarga besar selalu menikmati sajian ini beramai-ramai saat libur lebaran. Kini, memang daging dan jeroan sapi yang dipakai, namun sedap kuah dan kehangatan rempahnya berhasil kembali membuat saya berjanji akan datang ke kota ini lagi.

Bagaimana kelanjutan perjalanan kami menyusuri tol Trans Jawa dan mencari matahari terbit? Nantikan di bagian kedua tulisan ini.

You might also enjoy:

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mastodon